Saturday, January 12, 2008

Mencari Sang Pemimpin

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah. Rabb yang telah memberi kenikmatan iman dan islam, Rabb yang telah mengenalkan kita indahnya ukhuwah, yang telah menguatkan hati kita untuk terus berjuang di jalan-Nya. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang merupakan pemimpin terbaik, lewat didikan beliaulah Islam mempunyai pemimpin-pemimpin terbaik pula. Semoga kita bisa istiqomah mengikuti sunnahnya.

Setiap kita adalah pemimpin dan pemimpin itu akan dimintai pertanggungjawannya. Untuk menjadi pemimpin yang baik tidaklah mudah. Namun, bukan berarti lantas kita menolak dengan alasan belum mampu bila dimintai jadi pemimpin. Kapanpun kita harus siap menjadi pemimpin, bila bukan kita siapa lagi. Akankah kepemimpinan itu jatuh ke tangan orang non-muslim? Atau ke tangan orang yang kurang bertanggung jawab?

Pemimpin yang dicintai pengikutnya adalah pemimpin yang tidak hanya bisa berbicara dan menasihati tetapi lebih dari itu, seorang pemimpin bisa memberi contoh nyata kepada pengikutnya. Dalam memimpin, kita harus sering-sering berintrospeksi. Apakah kita sudah menjadi pemimpin yang bisa dijadikan contoh? Karena kekuatan terbesar yang dimiliki seorang pemimpin adalah kekuatan pribadinya. Jika kepribadiannya menawan dalam arti akhlak, tingkah laku dan tutur sapa baik, insya Allah pengikutnya akan bagus juga karena pengikut akan menjadikan pemimpin sebagai teladan. Apabila ada pengikut/rakyat yang tidak patuh pada pemimpin/pemerintahnya, itu disebabkan para pemimpinnya belum mempunyai kekuatan pribadi yang baik yang mampu dijadikan teladan oleh rakyatnya. Sebagai contoh kecil, seorang ayah yang notabene adalah pemimpin keluarga tidak akan mampu mencegah anaknya merokok selama ia masih juga merokok, meskipun ia telah menjelaskan kepada anaknya dengan panjang lebar. Seorang anak sudah sewajarnya menjadikan orang tua sebagai teladan di saat ia masih kecil.

Jadi untuk menjadi pemimpin yang baik, untuk bisa mengubah kepribadian orang lain, kita harus mulai dari diri kita sendiri. Kita tidak akan bisa mengubah keadaan keluarga, masyarakat, bahkan negara selama kita belum mengubah keadaan kita sendiri menjadi pribadi yang baik. Ada sebuah kisah seorang yang ingin mengubah keadaan suatu negara karena melihat kondisi negaranya yang carut-marut. Ia mengatakan, “saya sudah berumur 30 tahun, 10 tahun lagi saya akan mengubah negara ini menjadi lebih baik”. Ketika ia berumur 40 tahun, ia mendapati beum ada yang berubah dari negaranya. Ia lalu berkata, “10 tahun lagi saya akan mengubah keadaan di pulau saya agar menjadi lebih baik”. 10 tahun kemudiam, ia sudah berumur 50 tahun tapi tetap saja belum ada yang berubah. “10 tahun lagi saya akan mengubah kondisi di masyarakat desa saya”. Dia menurunkan targetnya terus-menerus ketika menghadapi kegagalan. Ternyata 10 tahun kemudian, saat ia berumur 60 tahun, masyarakat desanya belum juga berubah. Ia menurunkan targetnya lagi, “10 tahun lagi saya akan mengubah keadaan keluarga saya ke arah yang baik”. Ketika ia berumur 70 tahun, ia masih mendapati kondisi keluarganya yang masih belum baik. Ia lalu berintrospeksi diri mengapa ia selalu gagal mengubah keadaan orang lain. Akhirnya ia tersadar bahwa ia belum bisa mengubah keadaan dirinya sendiri. Ia masih sering melanggar perintah Allah SWT. Ketika ia mau mengubah keadaan dirinya ternyata umurnya di dunia sudah habis.

Dari kisah itu, dapat kita ambil hikmahnya. Untuk melakukan sesuatu atau memimpin sesuatu, mulailah dengan memimpin diri kita sendiri.

Wallahu a’lam

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Nur Ahmadi -- Etoser 06 BDG

13206125

Program Studi Teknik Elektro

Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI)

Institut Teknologi Bandung


No comments: